Allah Ta’ala menciptakan kita dari tiada menjadi ada.
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (TQS. Al-Mukminun, 12-14)
Dilahirkan ke dunia dengan suara tangis sebagai pengiring tanda kemunculannya.
Makhluk kecil yang mulia baru saja hadir di tengah hidup dan kehidupan yang ganas. Mencengkam untuk dia jejaki. Namun harus dilewati meski itu sulit, sakit bahkan harus sampai mati. Memang begitu fitrahnya.
Bermula pada proses menjadi anak anak yang riang dan ceria. Bermain ,lari kesana-kesini, hingga dimarahi orangtua karena tingkah konyol dan uniknya.
Lalu..
Remaja proses dimana pencarian jati diri. Mengikuti ombang-ambing dunia hingga mengikuti arah angin yang diyakini. Dewasa adalah di mana proses pematangan Akal.
Memperbaiki mindset hingga pola hidup menuju lebih baik. Dan ketika tua, dimana kita mengurus keluarga, memiliki anak bahkan cucu.
Waktu terus berjalan, tanpa sadar usia pun berkurang.
“Wahai manusia, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Sehari darimu pergi, satu bagian dari dirimu pun mengiringi.” –hasan al Basri-
Menikmati kehidupan dan mengisi usia dengan banyak hal. Mungkin bisa dari yang baik maupun yang buruk itu semua tergantung kita. Karena hidup adalah pilihan. Sesusaikan dengan usia. Pola pikir, tingkah laku dan sopan santun meskinya mengiri perjalanan hidup kita menjadi lebih baik.
Pastinya ketika sudah beranjak dewasa Tingah kita bukan seperti anak-anak lagi . Benarkan? Contohnya saja hujan. Dulu, saat anak-anak kita begitu riang dengan hujan. Perlahan menjalankan prosesnya hidup, kita pun enggan berteman dengan hujan. Meski disapa sedikit dengan airnya, kita pun kadang memaki hujan.
Sesuaikan semua itu dengan usia . Ada apa dengan usia ?
Jangan terlalu ragu ataupun ambigu memikirkan usiamu. Sesuaikan dengan usia, karena usiapun akan usai pada masanya.
Usia adalah amanah yang Allah berikan kepada kita ,bukan suatu yang sia-sia tapi
sebagai kesempatan hidup di dunia untuk Taat kepada Maha Pencipta. Menjadi Khalifah di muka bumi dan Amr ma’ruf nahi Munkar dll.
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu),” (HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud z. Lihat Ash-Shahihah, no. 946).
Tak ada artinya usia yang telah Allah berikan kepada kita. Sebab diri ini terus menyia-nyiakan waktu yang tersisa,tenggelam dalam dosa, hobi foya foya dan cinta dunia. Bahkan hingga terjebak pada fananya asmara.
Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)
Cukuplah tutup rapat pintu masa kelam semua itu.
Cukuplah di masa muda saja, jangan ada lagi disaat kita sudah bau tanah.
Jadikan usia sebagai muhasabah diri. Berapun umur kita yang telah terbuang sia- sia gunakan yang tersisa untuk taat Kepada-Nya.
Tetaplah berusaha ,berjuang menjadi Baik bin Sholeh hingga sampai kita di panggil oleh Yang Maha baik.
Menuju Jannah-Nya bersama. Mari saling tegur sapa hingga rangkul untuk mengisi usia yang akan sirna ini. Jadi, sesuaikan dengan usia, karena usia pun akan usai setelah essay-nya hidup terjawab lunas dan tuntas.
(Idemuslim.com)
Oleh : Zainuddin Zanki