Jamuan rombongan muhibah budaya jalur rempah berlangsung di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Senin (24/6/2024). Para rombongan ini sebelumnya berlabuh di Sabang usai berlayar menggunakan KRI Dewaruci.

Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, mengatakan, Banda Aceh menjadi bagian penting dari perdagangan dan pelayaran rempah Nusantara pada masa lalu. Untuk itu, Pemerintah Aceh mendukung dan bergotong royong serta berkolaborasi untuk menyukseskan kegiatan muhibah budaya jalur rempah 2024.

“Provinsi Aceh sangat mendukung kegiatan muhibah budaya jalur rempah ini sejak tentatif list kegiatan pada tahun 2020-2024. Meskipun keadaan pandemi saat itu tetapi kita tetap mulai mengkampanyekan jalur rempah agar tetap masuk sebagai tentatif list di UNESCO,” kata Almuniza.

Menurutnya, perjuangan tersebut sudah lama dilakukan Pemerintah Aceh melalui Disbudpar. Bahkan saat event Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) pada 2023 lalu, pihaknya mengangkat tema terkait rempah.

“Ini membuktikan bahwa kita terus gemar mewujudkan Indonesia mendapatkan pengakuan UNESCO,” ujarnya.

Almuniza menyebutkan, suksesnya acara tersebut berkat kolaborasi lintas sektoral. Disbudpar Aceh telah berkoordinasi dengan Rektorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek dan BPK Wilayah 1 Aceh serta Pemkot Sabang.

Selain itu, Almuniza berharap adanya kunjungan rombongan tersebut ikut berdampak pada pariwisata di Aceh. “Semoga ini bisa menambah kunjungan pariwisata kita,” jelas Almuniza.

Pj Ketua TP PKK Aceh Mellani Bustami, mengaku merasa bangga atas kehadiran pasukan kayu manis laskar rempah di Banda Aceh karena Serambi Mekkah merupakan salah satu jalur pelayaran dan perdagangan rempah Nusantara di masalalu. Dia sangat mengapresiasi acara temu ramah tim laskar rempah muhibah budaya jalur rempah tersebut.

“Pada kesempatan ini saya menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada laskar muhibah jalur rempah yang telah menginisiasi kegiatan ini. Harapannya informasi yang disebarkan selama pelayaran dapat menjadi pemicu untuk memperluas wawasan dan kecintaan serta rasa memiliki terhadap jalur rempah,” kata Mellani.

Mellani menjelaskan, kebudayaan Aceh yang beragam dan masyarakatnya yang ramah senantiasa selalu memuliakan tamu. Dia ikut mengutip pepatah ‘pemulia jame adat geutanyo’ yang bermakna memuliakan tamu adalah adat orang Aceh.

“Hal ini karena mereka sangat menjunjung adat serta syariat yang sejalan dengan status kekhususan aceh. Selain itu juga masyarakat Aceh juga sangat menghormati keberagaman etnis serta suku bangsa dan ekspresi budaya, ragam tutur bahasa serta ritual keagamaan di daerahnya meskipun mayoritas masyarakat Aceh menganut agama Islam tetapi tidak menafikan saudaranya yang penganut agama minoritas sejak dahulu dalam dinamika sejarah kota ini,” ujarnya.

Mellani berharap kegiatan tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan kebersamaan dalam memperkuat jalinan kerjasama lintas budaya, lintas agama serta lintas bangsa.

Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendilbudristek Irini Dewi wanti, menyebutkan tujuan muhibah jalur rempah adalah untuk menginformasikan seluas-luasnya tentang seluruh potensi rempah yang ada di jalur nusantara baik di nasional maupun dunia internasional.

“Dan memang tahun ini kenapa ke Malaka kita akan mendapatkan dukungan dunia internasional, walaupun India dan China kita sudah melakukan riset bersama, begitupun dengan negara Qatar juga telah melakukan riset bersama tentang jalur rempah,” jelas Irini.