Disdik Aceh Peringati 1 Muharram dengan Semangat Perubahan

Editor: Syarkawi author photo

 Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A

BANDA ACEH - Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh menggelar peringatan 1 Muharram 1446 Hijriah dengan tema "Tahun Baru Islam dan Implementasi Semangat Perubahan dalam Pendidikan." Kegiatan yang diikuti oleh seluruh staff dan pejabat Disdik Aceh ini berlangsung di Aula Dinas Pendidikan Aceh pada Kamis 11 Juli 2024.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A dalam sambutannya menjelaskan tentang pentingnya momen peringatan tahun baru Islam sebagai refleksi dari perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Banda Aceh, Kamis, 11 Juli 2024.

Marthunis menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi pengingat akan ajaran Rasulullah SAW, yang mengajarkan umatnya untuk senantiasa memperbaiki diri.

"Dengan kegiatan ini, kita semua harus termotivasi dalam menjalankan tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing untuk memajukan pendidikan Aceh," ujarnya.

Sebagai umat dari Rasulullah SAW, umat Islam diingatkan oleh Rasulullah SAW agar tiap waktunya menjadi orang yang lebih baik.

Sebagaimana hadits Rasullullah SAW,” Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung,” jelas Marthunis.

Marthunis berharap semoga kegiatan ini menjadi pemantik bagi semua civitas Dinas Pendidikan untuk lebih taat dalam beribadah, dapat memajukan pendidikan dan mengimplementasikan nilai-nilai islami dalam kehidupan sehari-hari.

Peringatan tahun baru Islam turut diisi ceramah oleh Prof. Dr. Akhyar Zain, MA, sebagai penceramah. Akademisi UIN Sumatera Utara asal Kota Banda Aceh itu mengupas tentang sejarah lahirnya 1 Muharram. Beliau menjelaskan bahwa 1 Muharram menandai peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, sebuah momen penting yang membawa perubahan besar dalam sejarah Islam.

Prof Akhyar menyampaikan pentingnya memahami cara membaca Al-Qur'an dengan benar, Ia menyebutkan bahwa ada tiga tipe orang dalam membaca Al-Qur'an.

Mimic Reading: Membaca Al-Qur'an dengan lantunan yang bagus, irama yang indah, makhraj dan tajwid yang pas. Namun, tipe ini belum tentu memahami atau memaknai isi bacaan.

Mystic Reading: Membaca Al-Qur'an untuk percaya pada kekuatan mistik. Misalnya, membaca kemudian meniup pada air atau material lainnya, membaca untuk mengusir atau kerasukan setan, atau mengusir pengaruh setan pada benda atau lingkungan. Tipe ini lebih berfokus pada sugesti.

Realistic Reading: Membaca Al-Qur'an, lalu mengkaji, memaknai, dan mentadabburi. Tipe ini dianggap sebagai pemaknaan wahyu yang tertinggi. Tidak penting menghafal banyak ayat jika tidak merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam muamalah maupun dalam bersikap. Jelas Akhyar.

Masih kata Prof Akhyar, dalam konteks pekerjaan peringatan 1 Muharram menjadi momentum untuk merenungi makna hijrah.

"Diharapkan seluruh pegawai dapat menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sehari-hari," jelas Akhyar.

Dengan demikian, kita semua dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yang berlandaskan syariat islam. (*)

Share:
Komentar

Berita Terkini