Kegiatan workshop berlangsung di Taman Seni dan Budaya Aceh selama dua hari Minggu-Senin 29-30 Juli 2024. Selain workshop, di lokasi juga ada pameran seni lukis dan ornamen dalam gerabah yang dibuka hingga bulan November mendatang dalam rangka mendukung kegiatan PON dan temu karya taman budaya se-Indonesia (TKTB).

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal melalui Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh Azhadi Akbar berharap peserta workshop dapat menghidupkan kembali tari tradisi serta mengedukasi masyarakat proses pembuatan gerabah. Selain itu, para peserta juga dilatih tari ranup lampuan serta tari pemulia jamee.

“Kegiatan ini juga digandeng dengan pameran seni lukis ornamen dalam gerabah Aceh,” kata Azhadi.

Peserta yang mengikuti kegiatan difokuskan para remaja. Menurutnya, workshop membuat seni lukis pada ornamen gerabah dibuat karena tanah liat di Aceh memiliki kualitas yang bagus namun pemanfaatannya hanya sebagai batu bata saja.

Tanah liat itu, katanya, padahal bisa bernilai seni budaya jika dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu, kegiatan itu juga menjadi wadah dan ruang apresiasi bagi para perajin serta seniman untuk memamerkan karya-karya terbaik mereka kepada masyarakat luas.

“Kegiatan ini bertujuan menyadarkan kita semua untuk lebih menghargai keindahan dan keahlian dalam pengolahan tanah liat, serta memahami lebih dalam tentang warisan dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karya tersebut,” ujarnya.

Pelaku Seni Gerabah dan Pimpinan Sanggar Asri Kota Langsa, Aswan S Dirja, membagikan tips membuat karya seni dari tanah liat. Untuk membuat gerabah, tanahnya harus lentur dan tidak boleh patah serta retak. Kualitas tanah liat di Aceh memiliki kualitas luar biasa.

“Anak-anak dalam kegiatan ini akan diajarkan dua teknik dalam pembuatan gerabah yaitu teknik putar dan teknik cetak, cetakannya dari bahan gipsum,” jelas Aswan.[]