Konsulat Jenderal Jepang di Medan Kunjungi BPBA

Editor: Syarkawi author photo



BANDA ACEH – Sekretaris BPBA, Ir Muhammad Syahril, MM bersama Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBA, Bobby Syahputra, SE, M.Si menerima kunjungan Konsulat Jenderal Jepang di Medan Kunjungi BPBA, Kagami Kazuya, di ruangan rapat Kalak, Selasa (27/08/2024).

Dalam pertemuan Konsulat Jenderal Jepang, Kagami Kazuya menanyakan informasi terkait keberadaan warga jepang di Aceh dan bagaimana proses evakuasinya apabila terjadi bencana di Aceh.

Sekretaris BPBA bersama Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBA dan Sub Koordinator Kepsiapsiagaan BPBA serta Ketua Forum PRB Aceh, secara bergiliran menjelaskan mulai dari tugas dan fungsi BPBA dalam penanggulangan bencana di Aceh.

”Terkait informasi peringatan dini bencana tsunami, BPBA bekerjasama dengan pihak BMKG termasuk setiap bulannya tiap tanggal 26 pukul 10 pagi, senantiasa melakukan aktivasi 6 sirine tsunami yang berada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar,” ungkap Syahril.

Bobby Syahputra, menambahkan menyangkut proses evakuasi masyarakat termasuk warga asing, BPBA dan instansi terkait melakukan sesuai presedur yang telah ditetapkan. Artinya tidak ada pengecualian, setiap masyarakat terancam bencana harus dievakusi terlebih dahulu.

Kagami Kazuya juga menanyakan bagaimana peran BPBA sehingga informasi bencana cepat diterima oleh masyarakat?

Sub Koordinator Kesiapsiagaan BPBA, Fazli, SKM, M.Kes, menjelaskan BPBA pernah melakukan kerjasama dengan pihak Telkomsel berupa SMS blast sehingga masyarakat bisa mengetahui kejadian bencana dengan cepat juga dengan memanfaatkan penyebaran informasi melalui Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) dan Pusat Data dan Informasi BPBA.

Syahril, menjelaskan juga kepada Kagami Kazuya tentang keberadaan jejak-jejak tsunami purba yang ditemukan di sebuah goa ek luntie di Gampong Meunasah Lhok, Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar atau berada sekitar 50 kilometer dari Kota Banda Aceh.

”Dalam gua tersebut terdapat catatan tsunami purba yang berasal dari 7.500 tahun lalu hingga yang terbaru pada 2004, artinya kejadian tsunami di Aceh tidak hanya terjadi tahun 2004 tapi berulang,” lanjut Bobby.

Saat mengunjungi ruangan PPID Pelaksana BPBA yang terdapat diorama dan market geo park tsunami Aceh, Sekretaris BPBA didampingi Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBA dan Sub Koordinator Kesiapsiagaan BPBA serta Ketua Forum PRB Aceh, menyerahkan cinderamata kepada Konsulat Jenderal Jepang dan staf yang mendampinginya berupa buku cetakan BPBA.

Adapun buku yang diserahkan antara lain, buku smong purba, buku jejak bencana, buku khutbah jumat, buku bunga rampai, komik kesiapsiagaan bencana, buku panduan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas dan buku saku tanggap tangguh hadapi bencana.

Guha Ek Luntie bukan hanya tempat kelelawar atau kalong berteduh, di dalamnya tersembunyi misteri tentang bencana alam yang telah melanda Aceh berabad-abad lamanya, terutama tsunami yang terakhir terjadi pada tahun 2004, tutup syahril. []

Share:
Komentar

Berita Terkini