Uji Adrenalin ke Puncak Gunong Tgk Diweung Lambirah

Editor: Syarkawi author photo
Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto S.STP bersama Danlanud SIM Kolonel Pnb Hantarno Edi Sasmoyo, M.Han dan kepala OPD Aceh Besar saat berada dipuncak Gunung Tgk Diweueng, Gampong Lambirah, Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar, lokasi venue paralayang, Kamis(29/8/2024).

* Nonton Paralayang Hanya di Titik Pendaratan

 

KOTA JANTHO - NAPAS ini terasa lega luar biasa, sejenak ban mobil double cabin gardan ganda yang kami tumpangi menyentuh bibir landasan lokasi titik star cabang olahraga Paralayang atau lazim disebut Gantole, di puncak Gunong Tgk Diweung Lambirah, Kamis (29/08/2024). 

Waktu menunjukkan pukul 16.35 WIB bakda ashar. Sebuah pemandangan eksotis langsung menyergap, saat mata memandang hamparan di bawah lokasi kami berdiri dengan ketinggian 609 meter dari permukaan laut (MDPL). 

Nun di bawah sana terhampar lahan pertanian dan pemukiman hingga di latar belakang yang lebih jauh, hamparan Kota Banda Aceh. Panorama itu seakan membayar lunas perjalanan menuju lokasi puncak, yang benar benar memacu adrenalin. Jalan sempit dengan pendakian curam serta diwarnai tikungan tajam, membuat ‘sport jantung’ yang luar bisa.

Bersama Danlanud SIM Kol Pnb Hantarno Edi Sasmoyo MHan, Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto SSTP MM dan Ketua Panpel Paralayang sekaligus Ketua KONI Aceh Besar Muhibuddin Ibrahim atau Ucok Sibreh, kami seperti diaduk aduk di dalam kabin, saat mobil berganda ganda gear matic itu meliuk liuk merayap di punggung bukit dengan medan jalan yang sebagian baru tahap trase tersebut.

Sesekali roda terbuang ke kanan dan ke kiri seiring badan yang juga ikut goyangan kabin. 

Bahkan, kala menuju titik puncak dengan level pendakian sangat ekstrim, Pj Bupati Iswanto dengan suara keras mengingatkan sopir untuk tidak menekan klos, karena akan terhenti di pendakian tajam dengan resiko tinggi terhadap mobil dan penumpang. 

“Tancap gass…gas….gaas….. jangan tekan klos…..sopir mengerahkan segenap kemampuan dan double kabin hitam keluaran tahun 2022 itu akhirnya tiba di titik landasan take off Paralayang.

Ingatan langsung tertuju ke lokasi wisata Paralayang Koban Rondo di Malang Jatim, atau titik lihat Kota Takengon dan hamparan Danau Laut Tawar di Bur Telege atau Pantan Terong atau melihat Tapaktuan dari Puncak Gemilang.

Namun jalur menuju puncak Gunong Teungku Diweung Lambirah jauh lebih ektrem. Selain tak beraspal, derajat elevasinya jauh lebih curam. Karena itulah jalur tersebut hanya bisa dilewati dengan motor trail atau mobil double kabin. Sepeda motor biasa apalagi jenis bebek dan mobil 4x2, hanya untuk mencari risiko bila dipaksakan ke sana.

“Saat kami naik dengan motor trail beberaoa pekan lalu, ada yang putus rante hingga ada yang terjungkal dari trail karena pendakian dan tikungan sangat tajam,” kata Pj Bupati Iswanto yang telah beberapa kali meninjau lokasi Cabor Paralayang PON itu dengan motor trail.

Namun sensasi yang paling dinanti, adalah memulai penggal awal malam di puncak bukit tersebut. Dari sana akan tampak gemerlap lampu dari hamparan Kota Banda Aceh serta sebagian Aceh Besar. 

“Benar benar menakjubkan menyaksikan hamparan dari ketinggian 609 meter plus udara dingin yang menusuk. Ini menjadi sensasi tersendiri,” kata Kol Hantarno Edi Sasmoyo yang juga Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah (Fasida) Aceh yang menjadi Penjab untuk olahraga aero sport PON XXI yang antara lain mencakup terjun payung, paralayang, para motor.

Danlanud SIM itu bercerita sambil memperlihatkan penggal video dari puncak tersebut dengan sorotan ke hamparan di bawah yang terlihat gemerlap lampu yang membentang.

Karena titik lepas landas yang terbatas luasnya serta medan tempuh yang berat khusus menuju titik lepas landas Cabor Parayang itu, maka Panpel bersama Danlanud serta Pj Bupati Aceh Besar telah memutuskan bahwa penonton hanya boleh menyaksikan Paralayang itu di titik pendaratan. Yaitu titik ketepatan mendarat yang terletak di Lambirah atau 3,5 kilometer dari puncak star, serta titik pendaratan nomor cross country di sisi Taman Rusa Gampong Lamtanjong yang berjarak sekitar 6 kilometer dari titik star. 

“Selain lokasi titik lepas terbatas serta rawan terhadap hal hal yang tak diinginkan, maka hanya atlet, ofisial dan perangkat pertandingan yang ada di titik take off. Bahkan sebagian ofisial pendukung juga hanya boleh sampai di titik terminal terakhir sebelum ,emuju landasan paralayang yang terletak sekitar 150 meter dari terminal akhir,” kata Pj Bupati Iswanto.

Sosok nomor satu di Pemkab ACeh Besar itu juga berharap warga mematuhi ketentuan itu, karena untuk keselamatan diri mereka. 

“Nantinya akan ada penjagaan untuk menghindari ada yang berusaha menerobos ke atas. Selain itu di titk pendaratan, warga dengan bebas menonton, karena lokasinya juga sudah dibenahi, hingga akses untuk menonton juga sangat mendukung,” demikian Iswanto.

Cabor Paralayang adalah cabor dengan titik pemandangan sangat eksotis, karena memakai tebing atau puncak bukit dengan hamparan yang luas di bawahnya. Selain itu juga kondisi hutan dihamparan juga kondusive dengan kriteria hutan muda. Menyaksikan hamparan dari pincak Teungku Diweung Lambirah memang sama dengan melihat dari akurium alam. 

Namun siapkan adrenalin Anda untuk itu. Karena jangankan saat mendaki, saat turun di jalur ekstrim itu, jangan heran jika mobil gardan ganda terperosok dan harus ditolak oleh belasan orang. Mau menguji? Siapkan nyalii!!!!.(**)

Share:
Komentar

Berita Terkini