Wakapolresta Banda Aceh dan Forkopimda Ziarah Makam Laksamana Malahayati

Editor: Syarkawi author photo

 

Banda Aceh - Wakapolresta Banda Aceh AKBP Satya Yudha Prakasa bersama Unsur Forkopimda Aceh Besar melakukan Ziarah makam Pahlawan Laksamana Malahayati dalam rangka memperingati HUT ke 79 Republik Indonesia di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Kamis (15/8/2024).

Penghormatan kepada Arwah Pahlawan saat Upacara Ziarah dipimpin Pj.Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto, dan dilanjut penaburan Bunga sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Laksamana Malahayati salah satu pejuang perang perempuan Aceh berasal dari kesultanan Aceh, lulusan Akademi Militer Ma’had Baitul Magdis, Perempuan pertama di dunia yang memiliki gelar Laksamana, selama hidupnya dihabiskan untuk membela Tanah Air dari para penjajah.

Selesai pelaksanaan Upacara Ziarah Tabur bunga, Rombongan Ziarah membagikan Bingkisan kepada warga sekitar sebagai rasa syukur.

Turut Hadir saat upacara ziarah dan tabur bunga, Sekda Aceh Besar, Kapolres Aceh Besar, Kajari Aceh Besar, Danlanud SIM, Ketua MPU Aceh Besar, Kepala Pengadilan Aceh Besar, para SKPK Aceh Besar serta Unsur Forkopimcam Mesjid Raya.


Sejarah Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Perempuan Tangguh ini memimpin 2000 orang pasukan Inong Bale (janda-janda pahlawan yang tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599. Pada peperangan itu ia berhasil membunuh Cornrlis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Berkat keberaniannya itu ia mendapat gelar Laksamana. Bisa dikatakan, Malahayati mudah ditemukan di literatur Barat maupun China. Di Indonesia, dia memang tidak sepopuler Cut Nyak Dien, namun oleh peneliti Barat Malahayati disejajarkan dengan Semiramis, Permaisuri Raja Babilon, dan Katherina II, Kaisar Rusia.

Seperti yang telah dituturkan, perempuan perkasa ini berdarah biru, ia berasal dari keturunan sultan. Ayahnya, Mahmud Syah, seorang laksamana. Kakeknya dari garis ayah, juga seorang laksamana Bernama Muhammad Said Syah putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah tahun 1530-1539. Sultan Salahhudin sendiri putera Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530), pendiri kerajaan Aceh Darussalam.

Dilihat dari asal keturunannya darah militer berasal dari kakeknya sehingga jiwa patriotism mengalir di tubuhnya.

Pembentukan pasukan perempuan yang semuanya janda dan disebut dengan armada Inong Bale itu, khabarnya merupakan ide Malahayati. Maksudnya, agar para janda tersebut dapat menuntut balas kematian suaminya. Suami Malahayati sendiri gugur pada pertempuran melawan Portugis. Pasukan Inong Bale mempunyai benteng pertahanan dan sisa-sisa pangkalan mereka masih ada di Teluk Kreung Raya.

Pada tanggal 21 Juli 1599, dua kapal Belanda yang dipimpin dua bersaudara Coernelis de Houtman dan Fedrick de Houtman berlabuh dengan tenang di Aceh. Mereka tidak menduga ketika Laksamana Malahayati menyerang dua kapal mereka.

Dalam penyerangan itu, Cournelis de Haoutman dan beberapa anak buahna terbunuh. Sedangkan Fedrick de Haoutman ditawan dan dijebloskan ketahanan Kerajaan Aceh.

Penyerangan ini menggegerkan bangsa Eropa, terutama Belanda dan ini sekaligus menunjukkan kewajiban Laksamana Keumalahayati. Nama perempuan perkasa ini semakin harum tatkala Mahkamah Amsterdam menjatuhkan hukuman denda kepada Paulus van Caerden sebesar 50.000 gulden yang harus dibayar kepada Aceh.

Denda tersebut adalah buntut Tindakan van Caerden Ketika datang ke Aceh menggunakan dua kapal, dan menenggelamkan kapal dagang Aceh serta merampas muatannya yang berupa lada. Usai melakukan aksinya, van Caerden lalu pergi meinggalkan Aceh.

Peristiwa penting lainnya selama Malahayati menjadi Laksamana adalah Ketika ia mengirim tiga utusan ke Belanda, yaitu Abdoelhamid, Sri Muhammad, dan Mir Hasan. Ketiganya merupakan duta-duta pertama dari sebuah kerajaan di Asia yang menjunjung negeri Belanda.

Banyak catatan orang asing tentang Malahayati. Kehebatannya memimpin sebuah Angkatan perang Ketika itu, diakui oleh negara Eropa, Arab, China dan India.

Namanya sekarang melekat pada kapal perang RI yaitu KRI Malahayati, nama kampus, nama Pelabuhan, nama jalan, nama rumah sakit dan sebagainya.

Share:
Komentar

Berita Terkini