Minim Sumber Air, Ribuan Hektare Sawah di Aceh Tamiang Terancam Batal Tanam

Editor: Syarkawi author photo

 

Kualasimpang - Kabupaten Aceh Tamiang kesulitan merealisasikan target tanam padi pada musim gadu tahun ini.

Potensi kegagalan ini disebabkan minimnya sumber air yang membuat petani menyurutkan niatnya mengelola sawah.

“Sumber air memang menjadi persoalan kita sampai hari ini, petani kita tidak berani kalau tidak ada jaminan air,” kata Plt Kadis Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang, Yunus, Senin (26/8/2024).

Dijelaskannya musim tanam gadu berlangsung selama April hingga September. Menjelang satu bulan musim ini berakhir, sebagian petani masih enggan menggarap sawahnya. Dikhawatirkan ketakutan petani ini menyebabkan 2.000 hektare lahan tidak tertanam.

“Petani kita masih menunggu realisasi pompanisasi dari pemerintah pusat, bila dalam bulan ini tidak terealisasi, maka sekitar dua ribu hektare yang tidak bisa ditanam,” beber Yunus.

Yunus mengungkapkan sebelumnya mereka sudah mengusulkan 167 unit pompa air untuk disalurkan ke petani. Namun sejauh ini baru 79 unit yang terpasang.

Ketakutan petani ini ditegaskannya akan berdampak terhadap target produksi pangan nasional. Diketahui Aceh merupakan satu dari 11 provinsi yang ditetapkan sebagai daerah kontribusi pangan nasional.

“Artinya kalau dua ribu tidak tertanam, maka target pangan juga berpengaruh,” ungkapnya.

Persoalan minimnya sumber air ini juga pemicu utama menyusutnya lahan sawah di Aceh Tamiang. Saat ini lahan sawah di Aceh Tamiang tersisa 8.159 ha. Bila dibandingkan empat tahun lalu, luas hamparan ini menyusut seluas 1.141 ha.

“Tahun 2020 sawah kita seluas 9.300 hektare, kini tinggal 8.159 hektare, artinya ada 1.141 hektare yang hilang,” kata Yunus.

Dari analisis pihaknya, penyusutan ini disebabkan beberapa faktor. Namun yang paling dominan peralihan fungsi menjadi perkebunan, kafe dan rumah.

“Kalau rumah sebenarnya tidak terlalu signifikan, yang paling banyak itu dialihkan menjadi kebun dan kafe,” kata Yunus.

Dalam analisis itu terungkap pula kalau alih fungsi ini bukan tanpa sebab. Sebagian warga sudah menganggap sektor persawahan sudah tidak menguntungkan, sehingga harus beralih ke sektor lain. []

Share:
Komentar

Berita Terkini