Terkesima Dengan Sikap Masyarakat, Atlet Basket Putri DKI Ini Ingin Kembali ke Aceh

Editor: Syarkawi author photo

Chioma, Atlet basket putri DKI Jakarta yang bertanding dalam PON XXI 2024 di Aceh. Foto. MC PON Aceh/ Im Dalisah.

Banda Aceh – Bagi orang yang pertama sekali datang ke Aceh, tentu beribu pertanyaan akan hinggap di kepala. Maklum saja, Aceh dengan kehidupan syariat dan serta regulasi yang dimilikinya merupakan daerah yang memiliki kekhususan yang berbeda, baik kultur dan kehidupan sosialnya. 

Setidaknya hal itulah yang tergambar dalam benak Chioma sebelum tiba di Aceh. Dara kelahiran Jakarta, 7 September 2004 ini merupakan salah satu punggawa basket putri DKI Jakarta yang bertanding dalam PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Aceh.

“Sebelum tiba di Aceh, Coach (pelatih) telah mengingatkan kami untuk menghormati adat istiadat, serta budaya masyarakat Aceh. Terlebih tentang kehidupan syariat Islam yang dijalani rakyat Aceh. Bawa celana panjang ya, jangan pake celana pendek,” ungkap Chioma mengutip pesan pelatih, Minggu, 8 September 2024.

Saat menjejakkan kaki di Aceh, Chio mengatakan senang melihat penyambutan yang diterima timnya di Bandara Sultan Iskandar Muda. Pihak yang menyambut mereka begitu ramah dan responsif.

“Penyambutannya luar biasa sekali. Kita gak menyangka disambut seperti itu,” ujar gadis yang akrab disapa Chio ini.

Pada hari-hari pertama Chio di negeri serambi mekah, ia merasa kaget melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Dia mengaku kagum dengan pakaian islami yang dikenakan wanita Aceh.

“Dua hari pertama di Aceh lumayan terkejut ya. Karena kami melihat tidak ada perempuan yang tidak mengenakan hijab, semuanya memakai jilbab,” ucap Chio berdecak kagum.

Gadis yang berposisi forward ini juga menaruh respek terhadap sikap masyarakat Aceh yang begitu ‘welcome’ terhadap orang luar. Menurutnya, karakter seperti ini jarang ia temui pada sejumlah daerah yang pernah Chio singgahi.

“Orang disini ramah-ramah ya. Saya merasa seperti berada di rumah sendiri,” ujar Chio.

Selama berada di Aceh, Chio mendapatkan pemahaman yang berbeda tentang informasi yang dia ketahui tentang kehidupan syariat Islam di Aceh. 

“Sebelum kesini, banyak teman-teman non muslim yang bertanya-tanya tentang kehidupan masyarakat Aceh. Saat turun pesawat, sambutannya waww, luar biasa sekali. Ternyata masyarakat Aceh sangat menghargai perbedaan,” sebut Chio.

Penerimaan masyarakat Aceh yang terbuka terhadap kaum pendatang membuat gadis yang berpostur 180 cm itu ingin kembali ke Aceh. Ia begitu nyaman dengan respon dan sikap masyarakat terhadap orang luar.

“Sungguh, ini pengalaman yang tak terlupakan. Saya ingin kembali lagi kesini pasca PON nanti,” jelas Chio.

Dikatakan Chio, Aceh memiliki banyak keistimewaan terutama soal potensi pariwisata dan citarasa kulinernya. Meskipun suhu Aceh lumayan panas, namun dia tergoda dengan keindahan pantai dan nikmatnya kudapan khas Aceh.

Beberapa hari di Aceh, Chio mengaku telah mengunjungi sejumlah destinasi wisata seperti mesjid raya Baiturrahman dan pantai Lampuuk, Aceh Besar. Dia juga telah melisting sejumlah kuliner khas Aceh yang belum dicoba, seperti timphan, kuah pliek dan kuah Beulangong.

“Aceh lumayan panas ya. Tapi makanannya enak-enak, terutama mie Aceh. Beda sekali citarasanya dengan mie Aceh yang saya temui di Jakarta. Terus masjidnya juga indah-indah sekali, apalagi mesjid raya Baiturrahman, keren banget. Saya betah disini,” tutur blasteran Nigeria-Jawa ini. []

Share:
Komentar

Berita Terkini