Meulaboh - PT Potensi Bumi Sakti (PBS), sebuah perusahaan perkebunan dan pengolahan karet, siap beroperasi beroperasi pada Februari 2025 mendatang di Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat.
Pabrik ini, yang dibangun di atas lahan seluas 25 hektar, direncanakan mampu memproduksi hingga 2.500 ton rubber crumb atau karet remah per bulan.
Factory Manager PT PBS, Rudi Hartono Kurniawan menjelaskan, bahwa kehadiran pabrik ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani karet di Aceh.
"Dengan harga karet yang saat ini cukup bagus, kami berharap pabrik ini dapat membawa manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani karet," ungkapnya.
Pabrik ini akan mempekerjakan 160 orang pada tahap awal, dengan rencana selanjutnya meningkatkan jumlah karyawan hingga 480 orang seiring penambahan shift kerja nantinya hingga ada 3 shift.
Karena setiap shift untuk 160 orang, dan untuk sementara baru 1 shift.
Rudi juga menyebutkan, bahwa bahan baku pada awalnya akan diambil dari Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya, sebelum memperluas pengambilan bahan baku dari seluruh Aceh setelah mesin tambahan dipasang.
Sementara itu, Manager GA dan HR, PT PBS, Ir Bambang Sebastiar, menambahkan bahwa pembangunan fasilitas pabrik sudah selesai, dan saat ini proses instalasi mesin pengolahan telah rampung.
"Kami hanya tinggal menyelesaikan kolam IPAL dan perumahan karyawan," kata Bambang.
Rencananya, launching pabrik akan dilakukan pada bulan Februari 2025 mendatang, dengan kapasitas pengolahan 5 ton kering per jam, pabrik ini diharapkan dapat memproduksi sesuai target.
Bahan baku selain akan diperoleh dari tiga kabupaten utama dan Aceh pada umumnya, aka nada tambahan dari Nias dan Palembang.
Dengan adanya pabrik ini, diharapkan kesejahteraan petani karet di Aceh akan meningkat, sejalan dengan kondisi harga karet yang saat ini sedang baik.
Pendirian pabrik karet di daerah ini dipastikan akan memberikan dampak positif bagi para petani.
Dengan adanya pabrik, petani kini dapat menjual hasil karet mereka langsung ke lokasi produksi, menghilangkan kebutuhan untuk mengangkut bahan baku ke Medan, Sumatera Utara.
Sebelumnya, petani menghadapi biaya angkut yang signifikan untuk mengirimkan karet mereka ke Medan, yang berdampak pada penghasilan mereka.
Lebih dari itu, selama ini para petani juga mengalami penyusutan hasil karet pengiriman ke Medan.
Namun dengan keberadaan pabrik yang lebih dekat, penyusutan tersebut dapat diminimalisir, sehingga petani dapat menikmati hasil panen yang lebih optimal.
Dengan demikian, kehadiran pabrik ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani lokal, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Petani dan masyarakat setempat menyambut baik langkah ini dan berharap akan ada lebih banyak investasi di sektor pertanian di masa mendatang. []