Banda Aceh - Pameran foto dan video yang menampilkan kondisi pasca tsunami di lima negara dipamerkan di Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh.
Karya yang dipamerkan milik dua seniman yaitu Christoph Draeger dari Swiss dan Heidrun Holzfeind dari Austria.
Pameran internasional bertajuk 'Tsunami Arsitektur' menampilkan foto dan video dokumenter pemulihan pasca Tsunami 2004 di Indonesia (Aceh), Thailand, Sri Lanka, India, dan Maladewa. Pameran yang dibuka Sabtu, 26 April 2025 tadi berlangsung hingga 26 Mei mendatang.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M. Syahputra Azwar, mengatakan, pameran ini merupakan salah satu bentuk perhatian internasional terhadap bencana alam yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam. Pameran ini menawarkan kesempatan kepada pengunjung untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana proses rekonstruksi pasca bencana tidak hanya membentuk kembali fisik ruang, tetapi juga mempengaruhi dinamika sosial, identitas budaya, dan memori kolektif masyarakat yang terdampak.

Pameran tersebut selaras dengan visi dan misi Museum Tsunami Aceh yaitu menjadi pusat riset, edukasi, evakuasi, dan rekreasi kebencanaan tsunami di Asia Tenggara. Menurutnya, seniman asal Swiss dan Austria melakukan riset ke lima negara untuk menghasilkan karyanya.
“Mereka menyelidiki keadaan terkini arsitektur yang dibangun atau direkonstruksi setelah bencana tsunami,” kata Putra.
Putra mengajak pengunjung Museum Tsunami untuk menyaksikan langsung bagaimana arsitektur pasca-tsunami merefleksikan harapan, trauma, dan perjuangan komunitas untuk bangkit dari kehancuran. Setiap karya yang ditampilkan menjadi narasi visual yang menggambarkan perbedaan pendekatan pemulihan di tiap negara.
"Kita semua berharap dengan adanya pameran ini mengingatkan kita bahwa negara-negara asing begitu peduli dengan Aceh. Dan semoga dapat meningkatkan solidaritas antar negara,” jelas Putra.
Christoph Draeger menyebut karya yang dipamerkannya merupakan proyek keluarga karena selama menjalankan pekerjaan itu dia melibatkan istri dan anaknya. Istrinya merupakan seorang sutradara sehingga membantunya dalam menghasilkan karya.
“Ketika kami datang pada saat itu, anak saya masih berusia 2 tahun sehingga hal ini memudahkan kami berbaur dengan para masyarakat karena kami datang sebagai keluarga,” jelas Draeger.
Draeger menyoroti salah satu bagian penting dari pameran yaitu video berdurasi satu jam yang merupakan cuplikan dari lima negara terdampak tsunami. “Di sini saya berinteraksi secara langsung dengan masyarakat yang terdampak tsunami serta juga dengan para teknisi dan korban yang selamat,” terangnya.
Menurutnya beberapa korban yang selamat saat tsunami diminta untuk berfoto dengan berlatar belakang laut. Ia juga mengamati bagaimana para korban mulai memasuki permukiman baru yang dibangun melalui bantuan serta penyesuaian yang dilakukan oleh para korban yang selamat dari bencana tsunami tersebut.
Draeger mengungkapkan, setiap negara memiliki ciri khas bangunan pasca-tsunami yang unik.
“Bangunan-bangunan dari setiap negara memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk lebih lengkapnya tentang bangunan ini ada dalam video dokumenter,” ujarnya.[]