
BANDA ACEH -- Pemerintah Aceh menunjukkan komitmennya dalam mengimplementasikan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Pneumonia dan diare di Aceh. Hal tersebut ditegaskan oleh Asisten 1 Setda Aceh, yang diwakili oleh Kepala Biro Isra Setda Aceh Dr. Yusrizal Zainal, M.Si, pada acara Serah Terima Dokumen Final Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Pneumonia Diare di Aceh Tahun 2025-2030 yang berlangsung di hotel Ayani Banda Aceh pada Jumat (25/04/2025).
Selain itu Yusrizal mengungkapkan, jika upaya penanggulangan Pneumonia dan Diare tentunya diperlukan dukungan berbagai pihak, pentingnya upaya pencegahan mulai dari keluarga, masyarakat dan oleh petugas kesehatan.
"Disamping itu penanganan secara cepat dan tepat di fasilitas pelayanan kesehatan serta koordinasi lintas sektor untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal", tambah Yusrizal.
Pemerintah Aceh menyampaikan dukungan penuh baik secara regulasi dan anggaran yang nantinya akan menyesuaikan dalam rangka implementasi RAD Penanggulangan Pneumonia dan Diare di Aceh", tegas Yusrizal.
Dengan telah tersusunnya Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Pneumonia dan Diare di Aceh, selanjutnya agar segera dilakukan implementasi strategi dan intervensi seperti peningkatan cakupan imunisasi, peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan agar tetap sehat, peningkatan akses layanan kesehatan dan upaya peningkatan kualitas air minum dan sanitasi yang layak sesuai standar kesehatan.
Yusrizal juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam tersusunnya dokumen RAD Penanggulangan Pneumonia Diare di Aceh tahun 2025-2030. Baik Unicef Aceh, Tim Pusat Riset Ilmu Kesehatan USK dan lintas sektor terkait, ya g telah mencurahkan waktu dan tenaganya demi tersusunnya RAD ini.
Ia berharap dokumen ini dapat menjadi acuan bersama dan seluruh sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mengendalikan dan mengurangi angka pneumonia dan diare pada anak-anak di Aceh.
Penyebab utama kematian pada anak
Pneumonia dan diare masih menjadi penyebab utama kematian anak pascanatal. Indonesia termasuk dalam 15 negara dengan jumlah kematian balita akibat pneumonia dan diare tertinggi.
Secara nasional laporan Perkembangan Pneumonia dan Diare 2020 menyebutkan bahwa terdapat 27.422 kematian akibat penyakit tersebut.
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut pada paru-paru. Penyakit ini dapat diobati jika didiagnosis sedini mungkin dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Data Profil Kesehatan Indonesia 2021 menyebutkan bahwa diare merupakan penyumbang kematian terbesar kedua (14%) setelah pneumonia pada kelompok pascanatal (usia 29 hari - 11 bulan). Angka ini meningkat dibandingkan data tahun 2020 (9,8%). Diare juga menjadi penyebab kematian nomor satu pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun. Dilaporkan bahwa 10,3% kematian pada anak balita disebabkan oleh diare.
Profil Kesehatan Aceh 2022 menyebutkan bahwa Pneumonia merupakan penyebab kematian balita tertinggi kedua, sedangkan diare merupakan penyebab kematian pascaneonatal tertinggi ketiga. Angka penemuan kasus pneumonia pada balita di Aceh tahun 2024 sebanyak 2.825 kasus atau 20,6 % angka penemuan. Sementara kasus diare di Aceh tahun 2024 sejumlah 15.439 kasus, sebanyak 90,3 % mendapatkan tatalaksana sesuai standar.
Pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional 2023-2030 untuk Pneumonia dan Diare. Rencana ini menyatukan layanan dan intervensi penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat, mempromosikan praktik yang diketahui dapat melindungi anak-anak dari penyakit, dan memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke tindakan pencegahan dan pengobatan yang terbukti dan tepat.[]